Thursday, November 15, 2012

0

Tantangan Arsitek Rumah (Budaya) di Lahan Miring

Posted in ,
Lahan miring sering dihindari untuk mendirikan bangunan, utamanya seperti rumah atau kos-kosan bagi mahasiswa. Sebagian orang bahkan lekas-lekas menimbunkan tanah untuk membuatnya menjadi rata. Sebenarnya, jika memiliki tanah yang miring tak perlu kita untuk meratakannya, sebab kondisi itu dapat disulap menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi rumah kita. Rumah bukan hal tentu sebagai sebuah bangunan yang tampak, kali ini kita mempersepsikannya atau menganalogikan sebuah bangunan yang biasa kita nikmati sebagai budaya. Budaya kali ini juga masih terjerumus pada budaya seni warisan nenek moyang Nusantara, yang tentunya bukan ikut persepsi "Nenek Moyang ku Seorang Pelaut" yang biasa kita dengar disaat kita masih ingusan dan layangan.
Nah langsung saja kita bahas apa judul diatas. Yah  dapat kita ketahui bahwa ada beberapa keuntungan yang diliki lahan miring, disini kita sepakati dulu bahwa lahan miring ini sebagai bentuk "Selera Budaya" yang lebih mendewakan budaya asing layaknya KPOP, JPOP and others. Pertama, kita akan memiliki bentuk rumah yang unik, yang dapat kita analogikan sebagai budaya yang unik dan khas di setiap penjuru negeri ini. Disetiap daerah mempunyai kekhasan budaya, yang satu pakai sarung, yang satu pakai item-item, fullcolor maupun yang memakai tatto di tubuhnya. Kedua, harga tanah yang miring lebih murah dibandingkan dengan yang landai. Untuk hal ini bisa kita cari padanan lain, seperti harga tiket festival jazz dibandingkan dengan harga tiket festival karawitan. Penduduk negeri yang masih meng-ekslusif-kan diri sendiri dan meng-kelas-kannya dalam strata sosial yang dianggap istimewa. Padahal hal yang murah dan sederhana ini juga ngga kalah menariknya, didalamnya juga terkandung pesan moral dan etika yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Point ketiga, rumah yang berdiri di atas lahan miring cocok untuk orang-orang yang berjiwa muda dan memiliki selera seni. Cocok untuk jiwa-jiwa muda dan kalangan elit seni yang terus hidup dalam karyanya, mereka ini adalah golongan pembaharu bangsa dalam setiap gerakan dan tanggungjawabnya sebagai penduduk suatu negara. Golongan yang masih memiliki harapan lebih banyak ketimbang golongan sebelumnya, sebuah golongan yang memiliki rasa penasaran tinggi dan tanpa diiringi oleh kepentingan apapun. Dalam kehidupan bermahasiswa biasanya disebut sebagai golongan Idealis, suatu golongan atau bisa diperbaiki lagi sebagai kumpulan pemuda yang masih memiliki rasa ingin bersumbangsih menata bangsanya. Keempat,  setelah kita berhasil membuat rumah apik dengan memanfaatkan kontur tanah, nilai investasi properti kita akan terdongkrak naik. Terdongkrak naik martabat bangsa jika arsitekstur budaya ini bisa mempromosikan sampai di belahan bumi manca negara. Sebuah kegiatan yang bisa menjual status menjadi lebih berharga di mata masyarakat dunia. Dunia yang haus akan hiburan yang unik dan otentik, dan itu hanya bisa dinikmati di Indonesia.

Membangun rumah di lahan yang miring cenderung membutuhkan jasa arsitek. Pada kontur tanah yang tak rata, kita bisa mengeksplorasi dan menciptakan tempat-tempat yang unik. Meski demikian, setiap ruangan harus diatur setiap ruangan harus diatur agar tak merepotkan penguninya kelak. Nah untuk yang ini bisa kita lihat di kawasan pertigaan atau perempatan yang ada "Bangjo" atau lampu merah atau juga "Stoppan" di Kota Semarang. Ada sebagian arsitek budaya jalanan yang masih setia pada apa yang ia punya dan mengkolaborasikannya dengan tuntutan zaman. Mereka meng-create sebuah pertunjukan Seni Jaranan biasa menjadi Seni Jaranan BangJo, yang dulunya hanya bisa dinikmati sebagian orang pada waktu tertentu dan harus merogo kocek juga tentunya. Para seniman jalanan ini menyajikan seni Tarian Jaranan di perempatan yang ada lampu merah kuning hijau sehingga kalau orang Semarang menyebutnya sebagai seni Tarian Jaranan BangJo. Kita sebagai arsitektur muda seharusnya sudah dibekali budaya warisan leluhur berupa adat istiadat dan keberagaman kesenian yang masing-masing memiliki karakternya tersendiri. Karakter ini memiliki nilai keotentikan dalam setiap gerakan maupun penampilannya, bahkan ada nilai tersendiri yang dibawakannya. Tidak ada kesamaan antara satu dengan yang lainnya, kalaupun ada itu masih bersaudara dekat atau adanya keterkaitan antar satu dengan yang lainnya.

Yang harus diperhatikan pada tanah miring adalah kecenderungan tanah yang kurang stabil. Oleh karena itu, sitem drainase harus dibuat dengan baik. Hal ini bisa kita lakukan bersama, bahwa kekurang stabilan selera atau style yang masih mengidolakan budaya luar harus di antisipasi dari dalam sendiri, seperti membentuk sebuah filter terhadap budaya-budaya yang kurang dianggap pantas masuk ke dalam tubuh negeri ini. 

0 komentar: