Monday, November 19, 2012

0

Setidaknya Aku Sudah Berusaha

Posted in

Setidaknya aku sudah berusaha, berusaha memperjuangkannya. Nya disini bercerita tentang funding untuk berpartisipasi dalam suatu event yang menurutku penting. Seperti biasa cerita ini mengingatkanku akan proses pencarian dana untuk bisa berangkat ke acara KIPI 2012 di Brisbane, Australia. Sayang tak ada supporting fund baik dari instansi yang aku tinggali maupun di luarnya. 
Banner KIPI 2012 bisa dilihat seperti dibawah ini -->


Namun kali ini aku tidak akan menceritakan apa itu KIPI 2012, tetapi aku akan bercerita tentang apa yang sudah aku alami pagi hari ini sampai aku bela-belain bolos kuliah di kampus. Let's Read my simple story ...

Hari ini, hari senin, dimana hari yang menurut sebagian orang sebagai hari paling berat dan bisa membuat pelakunya menjadi BadMood (BM). Hari ini seperti biasa aku bangun seperti biasa juga, haha. Masih terbayang dalam otak ini, bahwa kenyataan pahit harus ku terima, kenyataan bahwa aku tidak bisa ikut suatu acara di negara tetangga. Kenyataan ini harus terulang kembali, persis seperti runtutan kejadian yang bisa diprediksi sendiri. Rasa pesimis mengalahkan segalanya, walaupun optimisme masih ada di dalam hati kecil ini. Sedikit namun masih ada, rasa optimis diri sendiri mengharap akan ada aurora yang bisa menyejukkan mata dan hati ini. Namun aurora itu entah kapan sampai kepada diri ini. Aurora yang hanya tinggal impian dan harapan semata. Tak seorangpun tahu kapan aurora itu hinggap menghampiri diri. Diri yang entah siap atau tidak dalam menyambut aurora yang dikehendaki. Datang atau tidak masih sebuah misteri Illahi. Pagi ini rasa optimis seakan mau lari dari lekat tubuh, namun lekat itu kembali rekat ketika aku selesai membaca artikel yang menginspirasi bagaimana makhluk kecil tanpa daya yang menantang alam rimba, alam rimba perkotaan yang lebih kejam dari alam rimba di pelosok hutan. isi cerita seperti ini :

JANGAN PERNAH BERHENTI BERHARAP (Belajar dari perjuangan semut)


Jumat tiga hari yang lalu dia sang pencerita duduk saja di tepi sebuah jalan karena rasa capek yang sangat terasa setelah kurang lebih satu jam jogging. Tiba-tiba dia mengamati pemandangan menarik yakni sebuah “rombongan” semut sedang menyeberang jalan. Barangkali semut-semut ini sedang melakukan pengembaraan, atau mencari makananan atau bahkan m
encari pemukiman baru untuk tinggal. Perjalanan yang begitu panjang, tantangan dan nyawa kerap menyertai perjalanan semut-semut itu.


Bagaimana tidak seandainya sepeda motor dan mobil lewat, mereka akan menjadi santapan dan korban gilasan kenderaan itu. Namun satu hal yang pasti semut itu tidak ada keinginan untuk mundur. Mereka tetap berjuang untuk sampai ke titik puncak dari perjuangan walau barangkali tantangan yang sulit menyertai. Mereka berharap tidak selamanya mobil dan sepeda motor lewat menggilas mereka. Mereka berharap pasti ada yang sampai di tempat kebahagiaan yang mereka idamkan kendati seabrik tantangan siap menghadang. Dan benar, cukup banyak mereka berhasil melewati jalan terjal itu dan tiba di tujuan. 


Teman2, bukankah kita juga sedang melakukan pengembaraan hidup ,juga sedang melakukan petulangan mencari arti sebuah hidup,sedang menjalani suatu realita menuju hidup baru. Dalam pengembaraan itu jalan datar, dakian, curam dan terjal mewarnai langkah kita. Tidak sedikit tetesan keringat membasahi tubuh. Tidak sedikit air mata menemani kita. Kita semua barangkali sering bertanya mengapa jalan ini rasanya tidak berujung, derita ini tidak pernah berakhir dan tangisan ini tidak pernah berhenti. 


Sebagaimana kita berharap munculnya mentari di pagi hari dan bulan serta bintang di waktu malam, sebagaimana kita berharap hujan di musim kemarau dan pelangi sehabis hujan, hendaknya harapanmu melebihi yang demikian. Mentari menyapa kita bahwa hari yang baru telah tiba, dan hujan memberimu rasa teduh dan adem, tetapi Tuhan memberi kita lebih dari yang diberikan oleh mentari dan hujan. 
Satu hal yang penting kita lakukanlah ialah berjuang dan berhadap penuh iman bahwa roda hidup kita akan berputar walau pelan namun pasti. 



Belajarlah dari perjalanan semut yang menjadi inspirasiku dalam renungan ini. Mereka berharap tidak selamanya mobil dan sepeda motor lewat dan menggilas mereka. Mereka berharap pasti ada yang sampai di tempat kebahagiaan yang mereka idamkan walau seabrik tantangan siap menghadang. Dan benar, cukup banyak mereka berhasil melewati jalan terjal itu dan tiba di tujuan. Apa yang mereka rasakan di tempat yang baru tidak sebanding dengan penderitaan mereka untuk sampai ke sana. Kebahagiaan itu tidak sebanding dengan kesusahan saat mereka jatuh bangun dalam perjalanan. 


Berharaplah maka itu akan memberi kita kekuatan untuk terus bertahan dalam derita hidup. Bersabarlah maka perjalanan kita akan tiba di tempat bahagia yang kita idamkan. Teguhlah maka kita akan menikmati perjalanan hidup dan akhirnya kkita akan mengatakan, “Rasa bahagia ini tidak sebanding dengan derita yang aku alami. Aku bersyukur mengalami pengalaman jatuh bangun sebab dengan itu aku bisa merasakan makna suatu keindahan hidup bahwa berjuang itu indah dan bersabar itu cantik.”


Nah mendengar kata hati, masih ada jalan, harus sampai titik darah penghabisan, Tuhan tidak akan memberikan cobaan diatas kemampuan umat-Nya. Dengan bekal ini aku segera bersih diri dan menancapkan semangat berlari mengejar harapan yang masih bisa aku upayakan. Perjalanan menuju Semarang kota sekitar 30 menit. Perjalanan yang terasa sangat singkat karena mengejar sebuah impian yang harus didapatkan. Dan sampailah pada tempat tujuan pertama, setelah parkir dan menuju resepsionis, menjelaskan maksud dan tujuan, dan akhirnya dissuruh menghadap kepada seseorang, seseorang yang menerima proposalku tempo hari yang lalu, beliau menyuruhku untuk menemui bagian humas, untung dalam perjalanan singkat ini aku bertemu dengan kakak senior dari UNDIP, dia sedang magang disini. Namun aku harus menunggu sekitar dua jam buat mengetahui kabar proposal yang aku masukkan dua minggu yang lalu. Sampailah disaat yang berbahagia, berbahagia ketika surat sudah diterima dan besok aku harus ke tempat ini lagi. Alhamdulillah. Ah mungkin masih ada harapan buat besok. Langsung menuju ke tempat selanjutnya. Di sebuah bangunan dekat bangunan mistis Semarang Lawang Sewu, bangunan yang berdiri dengan 10 lantainya. Di tempat ini aku mendapat berita kurang baik, proposal ada kata "Mohon Maaf" yang artinya proposal Anda ditolak. Namun keadaan ini tidak aku pikir dengan berat, masih ada satu destinasi lagi yang harus aku kunjunggi. Destinasi ini menuju kantor yang mengurusi urusan Kebudayaan dan Pariwisata di Jawa Tengah. Yah pengalaman baru aku dapat disini, mulai dari di suruh ketemu bapak ini, ketemu ibu ini, masuk ruang ini, menuju lantai sekian bahkan sampai menuju ruangan yang mirip seperti gudang peralatan kesenian. Entah aku harus senang atau marah, pengalaman yang aneh ini membuatku lebih bisa membuka mata. Bahwa benar "1000 teman sangat kurang, 1 musuh sangat kebanyakan" yang intinya kalau kita harus kenal dengan orang-orang sekitar kita, namun kenal saja tidak cukup, kita harus membekali diri dengan ilmu teknik lobbying dan negosiasi serta public speaking. 

0 komentar: