Just Me !
Posted in Others
Adin
julukan masa kecilku, namun namaku sebenarnya ialah Ahadin Syarifudin
Fahmi yang mempunyai arti “ Seorang Sunan Drajat yang Pintar “ ,
nama tersebut pemberian orang tuaku saat ku di lahirkan di sebuah
desa yang namanya Desa Panjunan. Desa di mana dulunya di pakai
sebagai basecamp penjajah belanda dalam menaklukkan penjajah jepang
di tanah air ini. Awal jenjang pendidikan yang ku tempuh yaitu dengan
bersekolah di TK Raudhlatul Athfal Panjunan, diteruskan dengan loncat
sekolah MI sebelahnya yaitu MI Panjunan (MI = SD, red). Setelah
sekian tahun, atau bisa dikatakan hampir 6 tahun ku sekolah disini,
mau tidak mau harus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi
yaitu dengan masuk ke SMP. Berhubung bandel, atau mempunyai pemikiran
yang berbeda dari pada teman-temanku yang lain, saat itu adalah di
dalam ideku hanyalah ada beberapa kalimat seperti ini “ Hanya
pengen merasakan model-model pendidikan yang ada di Indonesia,
layaknya sekolah negeri, sekolah swasta, sekolah alam, sekolah
internasional maupun Pondok Pesantren”. Perjalanan ini ku mulain
dari tingkat SMP, dengan mencoba daftar di SMP Negeri setempat yang
cukup favorit, ini ku lakukan biar masyarakat sekitarku tahu kalaupun
seorang anak yang lulusan sekolah swasta sama rata ataupun sejajar
dengan anak lulusan sekolah negeri, Alhamdulillah, akhirnya dari 30
orang para pendaftar, 3-5 dari kami dinyatakan lolos di beberapa SMP
favorit.
Perjalanan
ini dimulai lagi ketika saat mau meneruskan ke jenjang Sekolah
Menengah Atas setelah menyelesaikan studi di Sekolah Menengah
Pertama, pikiran mau menjajah status sekolah yang berbeda, sebenarnya
mau melanjutkan di sekolah bertaraf internasional sekaligus favorit
juga di kota Surabaya, namun orang tuaku menyarankan untuk melanjtkan
sekolah di Madrasah Aliyah amanatul Ummah yang nota bene masih dalam
status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang para siswanya di
haruskan masuk di Pondok Pesantren Nurul Ummah. Sebenarnya sekolah
maupun pondok pesantren ini di bawahi oleh satu yayasan pendidikan
yang bernama Amanatul Ummah yang memiliki kantor pusat di Surabaya.
Yayasan ini sendiri mempunyai serita panjang akan sejarah
terbentuknya, mulai dari perjuangan Kiyai Asep hingga di khianati
oleh teman seperjuangannya sendiri, Kiyai asep ini mungkin tak
mempunyai kata menyerah dalam kamusnya, sehingga beliau pun
mendirikan lagi cita-cita almarhum ayahnya. Yaitu mendirikan sekolah
yang unggul dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Ayahnya sendiri adalah seorang ulama dan pejuang yang sangat terkenal
di Cirebon, Jawa Barat.
MA
Amanatul Ummah yang masih berupa rintisan madrasah bertaraf
internasional pertama di Indonesia ini berada di kaki lereng Gunung
Welirang yang masih aktif, sehingga kami ketika suntuk dalam belajar
bisa bepetualang menjelajahi hutan belantara serta hutan lindung Kota
Mojokerto, kami pun bisa menemukan binatang-binatang liar seperti
halnya kijang, monyet ataupun kalau kita beruntung bisa menemukan
harimau hutan.Bahkan kalaupun kita mau mandi air hangat yang
emngandung unsur sulfur, tinggal berjalan sekitar 7-9 km untuk menuju
lokasi wisata, karena Kiyai kami sangat dekat dengan masyarakat
sekitar, maka kami para santrinyapun diperbolehkan masuk kawasan
wisata Kota Mojokerto dengan gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun,
bahkan pernah kita malah di jamu di salah satu warung makan salah
seorang warga sekitar.
Di
pesantren ini ku dikenalkan dengan bahasa billingual “Arabic and
english”. Dan tidak hanya main-main, native speaker yang berasal
dari AMINEF bertahun-tahun di datangkan demi untuk memperlancar
bahasa Inggris kami sehari-hari. Bahasa Arab pun tidak mau kalah,
Guru besar Universitas Al-Azhar, Universitas Maroko dan Universitas
Islam Yaman di datangkan langsung hanya untuk memperlancar bahasa
arab kami. Bahkan guru bahsa Indonesia terbaik di Indonesia pun di
boyong untuk dapat mengajar di Pesantern yang jarak tempuhnya sekitar
1 jam dari kota surabaya ini. So, tidak mengherankan kalau banyak
guru-guru SMA 5 Surabaya yang mengajar di tempat kami. SMA 5 Sendiri
ialah sekolah negeri favorit bertaraf internasional di kawasan
Surabaya. Namun Madrasah kami tak kalah bagusnya dengan SMA tersebut,
bahkan madrasah kami pernah di jadikan sebagai objek studi banding
oleh beberapa sekolah level atas layaknya Pondok pesantren Gontor,
Pondok pesantren Langitan, Pondok pesantren Banyuwangi, MAN Cendekia
Serpong, MAN 3 Malang, SMA 5 Surabaya dan masih banyak lagi. Ini
dikarenakan sistem pembelajaran yang di berikan, misalnya dalam
seminggu kita diwajibkan menggunakan satu bahasa pengantar Inggris
maupun Arab. Sistem pendidikannya mengharuskan setiap siswanya untuk
mendapatkan 3 ijazah, antara lain ijazah tersebut adalah ijazah dari
Universitas Al-Azhar, Universitas Cambridge dan dari Kementerian
Pendidikan Nasional. Ijazah dari Kementerian Pendidikan Nasional
dapat didapat dengan megikuti Ujian Nasional, Ijazah dari Universitas
Al-Azhar dengan mengikuti program muadalah, yang isinya berupa
mempelajari kitab-kitab klasik seperti bulughul maram, kifayatul
awam, shorof dan nahwu, ushul fiqh, balagha (puisi dan syair), dan
itu diharuskan minimal angka di dalam rapornya berupa angka “8”
agar bisa lulus dari madrasah. Sedangkan ijazah dari Universitas
cambridge seperti test Toefl yang di selenggarakan oleh AMINEF di SMA
5 Surabaya. Uniknya lagi, disini kami para siswa bangun sekitar jam 3
malam untuk sholat qiyamul lail, dilanjutkan tidak tidur untuk sholat
subuh, setelah sholat subuh pun kami belajar Muadalah hingga menari
memunculkan sinarnya, Sebelum Sekolahpun kami mendapatkan wejangan
maupun nasihat dari Kiyai dan dilanjutkan dengan Istighotsah sekitar
setengah jam sebelum memasuki kelas sembari menunggu para guru dari
Surabaya. Setelah Sekolah tepat jam 2 siang kami istirahat sebentar
untuk makan dan dilanjutkan dengan sholat Ashar di mushalla, Setelah
sholat kami melanjutkan aktivitas dengan belajar bahasa Inggris ke
Native Speaker yang berjarak sekitar 2-3 km hingga sang mentari
menutup matanya. Setelah sholat Maghrib kami berkelut dengan belajar
kitab-kitab klaisk yang disajikan dalam pelajaran Muadalah hingga
sekitar pukul 19.30 WIB. Tak berhenti disitu saja, kami diwajibkan
untuk belajar hingga minimal pukul 10 di dalam kelompok-kelompok
kecil di kelas. Sebenarnya ku ingin sekali studi abroad tetapi orang
tua sekali lagi tidak mengizinkanku.
Akhirnya,
pada saat masa-masa pendaftaran ke Unversitas terkemuka di Indonesia,
alhamdulillah ku diterima di ITS Surabaya di Fakultas Ilmu Perkapalan
tepatnya di bagian arsitektur kapal. Namun kesempatan ini tidak ku
ambil dikarenakan harganya yang cukup mahal, kalau tidak salah
sekitar 13 juta hanya untuk pembayaran awalnya. Namun Allah berkata
lain, alhamdulillah ku bisa diterima di fakultas Kesehatan Masyarakat
UNDIP yang nota bene menjadi FKM nomer wahid di Indonesai kata Ibu
Menteri Kesehatan Indonesia saat di Seminar Kesehatan nasional yang
diadakan di Universitas Indonesia pada tahun 2010 silam. Namun sayang
masayarakat masih belum bisa menerimanya, dikarenakan kami hanya
kalah nama besar Universitas, layaknya FKM Unair dan FKM
UI.
Sebenarnya
passion ku tidak lah di bidang ini melaikan dalam bidang IT, desain
grafis dan fotografi. Tetapi demi membuat orang tua bahagia, semua
passionku ini ku korbankan hanya untuk masuk di FKM UNDIP Semarang.
Tetapi ku masih tetap bersyukur bisa kuliah disini, meskipun hanya
memiliki basic ataupun sekedar hobby, aku masih bisa bersaing dengan
para anak-anak yang mempunyai latar belakang jurusan DKV (Desain
Komunikasi Visual) maupun para fotografer-fotografer yang ada di
sekelilingku.
Karya
ku pernah di muat oleh salah satu majalah desain grafis terkemuka di
Indonesia, namanya Show Artwork Magz. Kebetulan yang ditampilkan
adalah karya ku di bidang fotografi, sedangkan untuk desain grafis
sendiri masih sebatas tingkat Jawa Timur (juara 8) dan Regional
Yogyakarta(juara 6). Kaligrafi juga pernah manjadi peringkat ketiga
se-Semarang. Untuk tilawah alhamdulillah pernah menduduki peringkat
kedua se-fakultas.
Disini
yang tidak bisa kulupakan ialah ketika mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti acara kepemudaan Tingkat Nasional maupun tingkat
Internasional. Seperti Future Leaders Summit yang diadakan di
Semarang, Young Leaders Summit yang diadakan oleh Global Peace
Foundation yang berkantor pusat di new York Amerika Serikat.
Indonesian Young Changemakers dan Aceh Development International
Converence.
Awesome
ReplyDelete