Wednesday, December 19, 2012

0

GPV Camp 1.14

Ini cerita ketika semuanya menjadi sebuah nostalgia. Nostalgia karena hormon-hormon tubuh ini menjadi melemah akibat tidak adanya pemberi pasokan energi untuk terus menggapai mimpi, menggapai mimpi menuju kebaikan diri. Kebaikan diri yang akan berdampak dengan perbaikan lingkungan sekitar, jika sudah berkeluarga pasti lingkungan pertama yang mendapat dampaknya yaitu keluarga. Jika keluarga ini baik maka kebaikan ini akan menular layaknya virus yang menularkan bibit-bibitnya kepada seseorang atau kelompok masyarakat. Terus berkembang hingga  lingkup luas dan dapat menjadi implementasi dari impian kita bersama "One Family Under God".
Perlu di garis bawahi bahwa mimpi ini bukan seperti pemikiran orang biasa yang tidak tahu kanan dan kiri, mimpi ini menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, moral, value dan toleransi. Toleransi umat beragama yang mampu menjadikan lingkungan sekitar damai sentosa bahagia. Ini cerita hanya sekilas karena tuntutan bang Iim Bachmid asal ITS :D agar aku bisa menceritakan perasaan yang aku alami pada saat mengikuti Global Peace Camp 1.14.


Begini ceritanya :

Pada suatu hari yang cerah, dimana aku baru bangun tidur dan melakukan kegiatan seperti biasanya, kegiatan sehari-hari yang monoton, yang tidak ada semangat-semangatnya, atau bahkan bisa mengurangi rasa semangat dalam melakukan aktivitas. Namun semangat yang menurun ini tiba-tiba melesat jauh ke atas ubun-ubun hingga menjadikan ketidaknyamanan bagi diri ini. Rasa bercampur aduk menjadi satu, mulai senang dan kawan kebalikannya. Senang dalam artian aku bisa ikut GPV Camp di sela-sela kesibukanku. Dulu pernah melewatkan 2 kali GPV Camp gara-gara terkendala Ujian sekolah eh Ujian Kuliah. Aku bertekad untuk kali ini harus bisa ikut walaupun harus menunda ikut ujian, *soalnya denger-denger kabar burung kalau GPV Camp bukan di luar kota lagi tapi malah di luar pulau, budget dari mana ? kampus udah tutup buku juga. Yah ikut GPV Camp kali ini hanya aku sendiri yang dari Semarang, padahal jika dilihat dari pelbagai event kepemudaan hegemoni dan antusias temen-temen Semarang tak kalah antusiasnya denganku. Tapi kali ini ada kejanggalan yang tak bisa aku mengerti, yah lupakan saja toh mereka juga punya Hak Azasi sendiri. Berbaik sangka tak ada salahnya dan tak ada ruginya bagiku.

*sambil nulis sambil liat notif facebook, ada dua yang muncul, antara lain yaitu :

kembali ke cerita reeek

Hmm mungkin cerita awal di mulai dari perjalanan yah. Perjalanan paling nekat dimulai. Hari ini hari kamis, hari dimana seminggu ada ujian diskusi tentang cara mengatasi wabah penyakit dan Kejadian Luar Biasa, temen-temen kampus yang biasanya bisa diajak tertawa bersama sekarang seolah mengalami kerasukan massal. Mereka tak mau digugat pendapatnya, secara ini kan ujian, masa lupa --'. Seminggu energi di kuras disini, kita di tuntut untuk berdiskusi dari jam 07.10 sampai jam 12.00 WIB hanya untuk membahas satu kasus yang memiliki tagline "Tikus-tikus Nakal". Tagline yang menceritakan seorang anak petani yang mempunyai kebiasaan membunuh hama sawah, dalam hal ini tikus, lalu membuangnya ke sungai dan  setelah sebulan ia mengalami gejala-gejala sakit seperti ayahnya dulu, gejala yang diawali dengan demam, pusing kepala dan badan menguning. Ternyata setelah didiagnosa Polindes ia terjangkit penyakit kuning Leptospirosis. Leptospirosis ini yang menjadi bahasan seminggu kami, duduk ber-17 orang dengan karakternya masing-masing dan di awasi oleh satu asisten dosen dan dosennya sendiri. Seperti dalam penjara, namun pengalaman yang sekali lagi menjadi dorongan untuk bisa mengikuti kegiatan yang menjenuhkan ini. Nah ternyata hari jumat yang aku nanti-nantikan sudah datang, setelah ujian SCL (Student Center Learning) aku pun siap-siap memulai perjalanan menuju Kota Batu, Malang, Jawa Timur.

Setelah packing siap, aku dengan pedenya send message ke sahabatku agar bisa mengantar ke terminal Terboyo, Semarang. Satu tidak merespon, satunya lagi tidak bisa, satunya lagi lagi tidak bisa diharapkan, bahkan tukang ojek panggilanpun lagi sibuk UAS. Awalnya bingung, terus meningkat menjadi panik. Panik karena takut ga bisa ikut acara dari awal. Yah kalau tak ada inisiatif dari diri sendiri sepertinya stuck disini terus, mulai berinisiatif send message lagi dengan iming-iming ada fee jika aku diantarkan. Eh tepat dugaanku ternyata langsung direspon baik dan langsung diantar sampai tempat tujuan. Yah ada duit ada barang motto yang lagi ngetrend saat ini kayaknya. Pikiran dan hati mulai tenang ketika sudah duduk diatas bis, eh didalam bis maksudnya. Sejam dua jam hingga 9 jam perjalanan yang ku isi dengan tidur hingga sampai di Terminal Purabaya atau Terminal Bungurasih Surabaya. Waktu menunjukkan pukul 03.20 malam, suasana terminal sedikit damai karena tidak ada orang. Lanjut berjalan kaki sejam menuju tempat saudara untuk pinjam kamera, kemeja merah dan sendal. Nah setelah sholat shubuh, mandi tak sempat makan ataupun nonton TV lanjut perjalanan sejam lagi menuju terminal agar cepat sampai di tempat acara tepat waktu. Nah sekarang aku bingung nama lokasi acara dimana, coba sms panitia masih belum ada yang jawab, harap-harap cemas diatas bis semoga ada satu panitia yang merespon baik smsku. Keberuntungan sedikit memihakku, bis pertama eksekutif menjadi pilihan karena jika naik bis ekonomi pasti nyampe Malang akan sedikit lama. Kata orang-orang sih kalau naik kereta api Semarang-Malang lebih enak, tapi yah masa aku harus ke tempat acara dengan bawa satu kardus besar berisi pakaian, buku dll. Untung masih punya saudara di Waru, Sidoarjo jadinya ka bisa titip kardus dulu :D

Nah enak-enak tidur di bis ternyata bisnya menyerempet sepeda motor hingga terjadilah laka, kecelakaan tak terelakkan, dua pengendara sepeda motor tadi jatuh dan mengalami luka-luka di wajahnya karena yang satu tidak pakai helm, *jadi kawan-kawan kalau kemana-mana meskipun ke perjalanan dekat mohon untuk membiasakan diri memakai helm standart agar tidak mengalami kerugian yang lebih besar. Alhasil setelah bis terlibat insiden ini, kami semua satu bis di proses di kantor polisi terdekat, saati itu di proses di kantor polisi Pandaan depan Masjid Muhammad Cheng Ho (Laksamana Perang asal Tiongkok yang masuk islam, kalo versi tiongkoknya ada di Semarang namanya Klenteng Sam Po Khoong). Padahal udah bikin janji ke panitia bisa nyampe di tempau jemputan molor setengah jam, eh ternyata Tuhan berkata lain. Tuhan lebih sayang kepadaku dengan menambah cerita perjalanan menuju GPV Camp 1.14 ini. Lanjut cerita kita sebis dioper ke bis lain yang sama-sama kelasnya tapi agak memaksa, hingga bis berjalan pelan-pelan gara-gara overload yang aku pikir ini sedikit rawan. Masih ada setengah perjalanan yang harus ku tempuh, so lanjut tidur lagi guys :D. Nah setelah nyampe terminal Arjosari, baru pertama kalinya kesini dan harus tanya hingga nyampe lima orang hanya untuk memastikan ada angkot menuju Landungsari. Nah kebetulan dapat angkot kode ADL jurusan Landungsari, kebetulan ada sms masuk yang berisi informasi aku harus naik angkot kode AL agar bisa ke Landungsari, panik lagi nih sementara di dalam angkot baru ada dua orang, sedangkan sepengamatanku angkot kode AL sudah hampir tujuh kali berangkat --'. Nasib orang memang tak terduga, haha

Ah biarlah naik ADL juga tak ada salahnya, karena angkot kode AL sama-sama sepi. Waktu yang ditunggu-tunggu tiba, ketika sopir angkot masuk dalam kemudinya. Dalam angkot aku g bisa tidur lagi karena takut kebablasan, coba memandang kedepan sambil mengamati jalan, angkot melewati tempat-tempat yang mempunyai makna tersendiri bagiku, mulai dari Lapangan Rampal, Kantor Walikota Malang, Stasiun Malang, Lokasi Malang Tempo Doeloe, UB, UNM, UM hingga cafe Assalamualaikum. Nah setelah di Landungsari ternyata masih naik lagi angkot jurusan Jl. Bukit Berbunga, nah kebetulan g ada angkot warna orange, adanya angkot warna ungu muda. Nah kebetulan gara-gara kelaparan sejak sore kemarin belum makan aku putuskan untuk makan terlebih dahulu, nyantai dulu padahal sopir angkot udah tau kalo aku mau ke Batu. Dalam benakku "ah makan dulu baru lanjut perjalanan, makan soto ditengah guyuran hujan di tambah teh hangat" lebih baik daripada tersiksa di dalam angkot ungu muda. haha

"Jurusan Batu angkot terakhir, kurang lima menit lagi" teriak sang sopir angkot ungu muda. Reflek dan tanggap telingaku menangkap gelombang suara ini, so makan ku percepat sambil harap-harap cemas arena penjual sotonya g ada. Satu meinit dua menit hingga delapan menit baru bapaknya muncul dengan langkah santainya. Ternyata bapaknya dengan santainya dari penjuru dunia lain sambil membawa es balok. Dan perjalanan lanjut menuju terminal Pasar Tradisional Kota Batu, nah disini agaknya di haruskan sabar, di dalam angkot sendirian harus menunggu penumpang-penumpang lain dari berbelanja. Nunggu sebentar sekitar sejam lebih tujuh menit baru perjalanan menuju venue GPV Camp 1.14. Nah berhubung kurang persiapan biasanya aku searching dulu di google venue acara, namun gara-gara buru-buru g terlaksana agenda rutin seraching ini. Alhasil aku diturunkan di depan villa yang ada pohon-pohon cemara dibasahi rintik hujan siang ini, siang yang hampir seperti baru jam 8 pagi gara-gara gerimis. Daaaan alhamdulillah ada panitia yang menjemputku di depan gerbang setelah kirim sms memberitahu Afand kalau aku sudah di depan villa entah berantah.

So berhubung aku suka fotografi, biarkan hasil jepretan camdig pinjaman yang berbicara:




Matakamera lain, para semut beraktivitas di pagi hari.



Kita kelompok 4 juga tak mau kalah dengan semut, sama-sama menggerkakkan badan.



Jejak hujan.


Kondisi lapangan untuk Sosial Project.


Kondisi sekitar.


Kelompok 4.


Kaki + Lumpur.


Ini bawang merah.

and the last but not least. GPV Camp 1.14 is awesome !


AJU !!!


to be continued, insyaallah....

Copyright by @ahadinsfahmi










0 komentar: